Minggu, 01 Maret 2009

Internet...oh...internet...

Oleh: Syarif Bastaman
Pemimpin Kelompok Usaha Syabas Group

We are living in the age communication” demikian Harold Lasswell, pernah berujar. Apa yang diucapkan pakar komunikasi tersebut realitasnya dapat kita simak dalam kehidupan keseharian manusia pada abad ini. Siapapun, anak-anak sekalipun, saat ini dapat secara mudah menyerap inovasi besar-besaran teknologi yang berbasis elektronik seperti: televisi, sistem seluler yang menawarkan berbagai aplikasi pada hand phone, VCD, dan Internet.

Internet merupakan satu dari sekian bentuk kemajuan teknologi. Internet sudah menjadi kebutuhan harian rumah tangga, hampir semua rumah terkoneksi secara global selama 24 jam dengan harga terjangkau. Era komputer yang menawarkan sistem wireless juga semakin mempermudah seluruh anggota keluarga menggunakan internet dalam waktu bersamaan, dengan pc atau laptop yang berbeda di ruangan berbeda semua bisa saja terjadi, akibatnya akses orang tua untuk mengetahui apa yang dilakukan anak semakin sulit.

Penemuan di bidang teknologi semakin memudahkan seseorang untuk larut dalam kemaksiatan. Sementara di sisi lain, teknologi informasi juga memudahkan seseorang untuk memperoleh manfaatnya, seperti menuntut ilmu dan berkomunikasi untuk lebih mempererat tali ukhuwah imaniyyah. Revolusi teknologi informasi ibarat pisau bermata dua; mencerahkan sekaligus menggelapkan.

Disatu sisi, internet tak luput dari sisi negatif. Bagi anak-anak, diantara sisi negatifnya adalah ‘mengkonsumsi’ games yang menonjolkan unsur-unsur seperti kekerasan dan agresivitas tanpa sepengetahuan orangtua. Banyak pakar pendidikan mensinyalir bahwa games beraroma kekerasan dan agresi ini adalah pemicu munculnya perilaku-perilaku agresif dan sadistis pada diri anak. Selain itu, melalui internet juga bisa mengakses dengan mudah berbagai materi bermuatan seks, kekerasan, dan lain-lain secara terbuka dan tanpa penghalang.

Disisi lain, mengajarkan internet bagi anak, di zaman sekarang merupakan hal penting. Internet sebagai sarana bagi upaya pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia. Jika dimanfaatkan dengan benar, internet dapat menunjang prestasi belajar, karena banyak materi di internet yang bisa membantu pendidikan anak. Internet juga bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan agama mengingat di internet saat ini banyak website bertopik keagamaan.

Melihat kedua sisi mata uang ini, apakah harus menjauhkan anak-anak dari kemajuan dunia tersebut? Tentu jawabannya tidak mungkin, karena arus informasi & teknologi sedemikian pesat takkan mampu dibendung. Melarang anak-anak menggunakan teknologi informasi,khususnya mengakses internet, sama dengan memangkas perkembangan intelektual mereka. Seperti halnya buku, televisi dan internet merupakan pintu gerbang mengetahui ilmu pengetahuan. Kemajuan teknologi bukan satu hal yang perlu ditakuti, karena melalui teknologi pula kita dapat mengambil banyak manfaat, karena kita tidak mungkin hidup tanpa terpengaruh arus teknologi & globalisasi, orang tua memberikan pendidikan, pengawasan & pengarahan yang arif sehingga anak-anak sebagai generasi dapat mengambil manfaat positif teknologi tersebut demi kepentingan masa depan.

Melepas pengaruh negatif internet terhadap anak-anak bisa dilakukan orang tua dengan menjadi orang yang pertama kali memperkenalkan dunia maya (internet) kepada anak-anaknya, bukan orang lain. Sehingga, saat pertama kali bersentuhan dengan internet, yang terpikirkan di benak anak-anak adalah tujuan-tujuan positif saat mengakses internet. Selain itu, juga perlu menggunakan sistem yang dapat memproteksi anak dengan mengunci segala akses yang berbau seks dan kekerasan.

Dalam sebuah ayat, Allah berfirman agar kita menjaga diri sendiri dan keluarga sebelum menjaga orang lain. Firman-nya, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan,” (QS at-Tahrim [66]; 6).

Ayat ini harus dijadikan landasan sebagai perintah bagi setiap keluarga, untuk menjaga anak-anak mereka dari dampak negatif perkembangan teknologi informasi. Semua dampak negatif perkembangan teknologi informasi, bisa diminimalisir, bahkan dihilangkan jika peran keluarga berfungsi dengan baik.

Karena itu, di sinilah dituntut “jihad keluarga” untuk meminimalisir atau menghilangkan pengaruh negatif teknologi informasi. Saat ini, para orang tua harus berjihad bagaimana melindungi anak-anak dari pengaruh negatif teknologi informasi. Orang tua harus senantiasa melakukan pembelajaran (learning) terhadap isu-isu yang berkaitan dengan kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi, orang tua harus ”melek media” sehingga akan mampu memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap anak masing.

Pembelajaran orang tua terhadap anggota keluarganya menuntut keterlibatan mereka untuk masuk lebih jauh kedalam poros kebaikan para users internet. Apa yang saya sebut sebagai ‘poros kebaikan’ ini merujuk pada pengguna internet yang menggunakan medium ini untuk menjalin jaringan sosial global, sehingga dapat dijadikan arena diskursus untuk membangun aliansi kebaikan pada masyarakat global.

Fenomena facebook, blog, dan friendster adalah fenomena terbaik dari konsep pembangunan jaringan global. Melalui facebook, blog dan friendster juga terjadi koalisi gerakan masyarakat sipil diseluruh dunia, melawan kecenderungan rezim-rezim yang melawan HAM dan demokrasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar