Minggu, 01 Maret 2009

Ibuku Sayang, Ibuku Hebat

Oleh: Syarif Bastaman
Pemimpin Kelompok Usaha Syabas Group

"Sebagaimana dalam rumah,
demikian pula yang terjadi dalam negara
"
(Bronson Alcott)

Profesi ibu rumah tangga kerap dipandang sebelah mata, karena kesan yang melekat didalamnya seolah ibu rumahtangga itu refleksi dari ketidakberdayaan perempuan atas dominasi sang suami dan ketidakmampuan perempuan untuk mandiri sehingga sangat tergantung kepada dominasi laki-laki. Maka, acapkali yang menyandang status ini minder karena tidak bisa berkiprah diranah publik.

Rasa malu menyandang profesi ibu rumah tangga bisa jadi dikarenakan pengambilan peran ibu berangkat dari "keterpaksaan" ataupun adanya sindrom feodalistik yang disosialisasikan turun temurun, bahwa sesuatu yang mempunyai “value” adalah materi maupun kedudukan sosial. Sistem ini mengajarkan untuk menghargai benda, bukan karya.

Peran ibu memang jauh dari sanjung puji, meski dibalik orang-orang besar selalu ada ibu yang mendorong dan mengarahkan mereka. Kendati kemudian seorang perempuan menyadari pentingnya peran ibu dalam keluarga, seringkali masih banyak yang menjalaninya berdasarkan insting semata, diterima secara taken for granted, bukan sebagai suatu pilihan sadar yang diiringi dengan kesungguhan dan kemauan untuk meningkatkan terus peran keibuannya.

Jika dipahami bahwa menjalani kehidupan sebagai ibu rumah tangga merupakan sesuatu yang disadari, maka pengelolaan keluarga layak dikelola secara rasional dan sistematis. Tujuan akhirnya juga adalah keharmonisan keluarga. Tentu saja dengan tetap menghargai posisi ibu sebagai perempuan yang memiliki hak dalam mengembangkan diri. Posisi ini mesti ditunjang oleh semua anggota keluarga, terutama laki-laki. Hal ini untuk mengeliminasi kecenderungan patriarkhis yang berlebihan dalam pola relasi antara suami dan istri.

Menjadi ibu rumah tangga sesungguhnya menjalani pekerjaan multi tasking. Mengapa demikian? Jika dicermati, seorang ibu rumah tangga (IRT) adalah seorang Manajer Waktu yang handal, mengelola dunia domestik dengan kecermatan yang tinggi dalam mengelola waktu bagi seluruh keluarga. Seorang IRT juga adalah Manajer Keuangan yang piawai, bayangkan dijaman semakin sulit ini, dimana BBM dan sembako melambung tinggi, pendidikan semakin mahal, Sang IRT harus berpikir keras mengatur uang yang diberikan suami agar mencukupi semua kebutuhan roda rumah tangga.

Ibu rumahtangga adalah Ahli Gizi yang cerdas, IRT harus mengatur pola makan anak-anak dan suami, mulai dari jadwal makan maupun menu yang pas. Orang pertama yang paling risau ketika anak-anak tidak mau makan adalah IRT. Ia sekaligus seorang Dokter yang Setia karena selalu hadir disaat-saat keluarga sedang menderita sakit. Tidak jarang suami dan anak-anak merasa kelimpungan tatkala IRT menderita sakit, karena bingung siapa yang akan mengurus mereka.

Predikat seorang Guru Pintar juga melekat pada IRT, seorang ibu tidak cukup hanya sekedar mengatur waktu, keuangan dan gizi yang baik tetapi juga menjadi guru yang harus selalu mengikuti perkembangan jaman, dengan memandu dan mengawasi proses edukasi di rumah maupun perkembangannya disekolah. Karena itu, peran seorang ibu dalam keluarga menjadi sentral, ibu sebagai pendidik utama. Kesadaran tentang pentingnya peran ibu, akan semakin berkembang seiring dengan berkembangnya beragam teori kecerdasan di negeri barat, seperti emotional intelligent, spiritual intelligent, bodykinestetik intelligent, visual intelligent, dll

Di zaman sekarang dimana resonansi, getaran dan guncangan dari luar sangat mempengaruhi, tidak cukup kuatlah benih yang ditanam, karena hama di luar sangatlah banyak dan kuat daya merusaknya. Maka memilih peran ibu dengan sadar, akan membawa konsekuensi pada upaya peningkatan kualitas diri seorang ibu. Ibu haruslah bisa meningkatkan kualitas dirinya sendiri, kualitas anaknya, kualitas rumah tangganya, namun tetap bisa memberi kontribusi pada masyarakat sehingga ibu rumah tangga modern memang multi fungsi dan multi talent.

Keluarga modern adalah sebuah rumah yang terdiri dari beberapa anggota keluarga yang saling bekerjasama sebagai salah satu tim. Inilah yang membedakan keluarga dengan tradisi-tradisi lama yang menganut sistem kepala rumah tangga. Keluarga modern menekankan suatu rumah tangga dimana pekerjaan rumah tangga bukan lagi menjadi tanggung jawab istri sepenuhnya. Setiap anggota mempunyai peran masing-masing tetapi saling bahu membahu membentuk sebuah keluarga yang bahagia.

Darimana harus dimulai? Idealnya adalah mengubah pola pikir terutama streotipe masyarakat terhadap peran ibu rumah tangga. A. Bronson Alcott menulis: "Sebagaimana dalam rumah, demikian yang terjadi dalam negara" Rumah tangga adalah bagian unsur dari masyarakat, untuk membentuk sebuah masyarakat yang dapat menghargai peran wanita dimulai dari dalam keluarga itu sendiri. Manajemen keluarga modern lebih menghargai peran setiap anggotanya dengan demikian kebahagiaan rumah tangga menjadi tanggung jawab bersama.

"Tulisan ini dipersembahkan kepada seorang ibu yang lama mendedikasikan waktunya untuk kemajuan anak didiknya. Ibu yang memberi lentera kehidupan bagi saya dan ratusan anak didiknya"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar